PESANTREN DARUL MUTA'ALLIMIN ACEH BARAT

Ayat Tentang Berbakti Kepada Orang Tua

Akhi wa ikhti pasti sudah tau tentang keharusan berbakti sama kedua orang tua kita, nah.. kali ini ane mau kasih tau ayat tentang berbakti kepada orang tua.
Ayat Tentang Berbakti Kepada Orang Tua - Akhi wa ikhti pasti sudah tau tentang keharusan berbakti sama kedua orang tua kita, nah.. kali ini ane mau kasih tau ayat tentang berbakti kepada orang tua.

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Q.S Al Ahqaaf, 46:15)

Pernahkah kita mencoba mengingat akan masa lalu………..???? 
Sembilan bulan kita hidup dalam kandungan sang Ibu…… 
Ibu selalu membawa kita kemanapun ia pergi……… 
Tak pernah ia berfikir untuk menanggalkan kita walau sejenak……… 
Lalu kita pun lahir dengan tangis pertama kita menyapa dunia ini…… 
Ibu pun selalu ikhlas merawat kita dengan penuh kasih sayang…… 
Kadang kita telah begitu saja mengambil waktu istirahatnya dengan tangis kita di malam hari……
Mengganti popok kita yang basah, memberikan kita air susu ketika kita lapar…………. 
Dan kita hanya bisa menangis saja ketika itu……… 
Kita selalu diayun, dipangku dan ditimang-timang Lalu apa balasan kita waktu itu………..???? 
Kita sering membuat basah baju Ibu dengan air kencing kita…… 
Dan Ibu tak pernah sekalipun memarahi kita…… 

Usia kitapun beranjak perlahan…… 
Ingatkah ketika hari pertama kita masuk sekolah……??? 
Setiap pagi, Ibu selalu memandikan kita,………menyuapi kita………mengantar kita dan menunggui kita…… Ibu begitu sabar mengiringi hari kita di sekolah…… 
 Dan kita hanya bermain ketika itu…… 

Lalu ketika kita beranjak remaja……… 
Ibupun tak henti untuk menghawatirkan kita…… 
Ketika kita sering pulang terlambat dengan berbagai alasaan…… 
Ibu hanya menatap dengan penuh cemas…… 
Padahal mungkin kita hanya bersenang-senang di luar sana…… 
Ingatkah kita pada saat hari raya idul fitri……… 
Sering Ibu membelikan kita baju, sepatu, celana baru……… 
Dengan harapan kita akan merasa senang…… 

Ingatkah pula apa kata kita ketika itu……….. “Ah….bajunya udah kuno gak mau ah” Ibu ‘nggak tau selera anak muda… dan Ibu hanya tersenyum saja…… 
Saat kita mengenal cinta akan sesama……… Sering kita membohongi Ibu hanya untuk bercinta semata…… 
Dan Ibupun tak pernah lepaskan kasih sayangnya untuk kita…… Ketika Ibu bilang………”Nak…….mestinya kamu sekolah dulu yang benar….jangan dulu berpacaran….”” Lantas kita hanya menjawab ”bu, saya udah gede, saya tau apa yg baik buat saya, ibu jangan terlalu mengatur saya dong!!” Ibu hanya tersenyum dan menatap kita dengan penuh kasih sayang… 

Apakah kita ingat saat kita memasuki bangku kuliah… Ibu dengan penuh semangat memberikan biaya kuliah kita yang setinggi langit… 
Lalu mungkin kita juga hanya bersenang-senang saja dengan dunia yang sedikit beranjak dewasa…… 
Ketika kita butuh uang utk menuntaskan hasrat cinta muda kita…… 
Sekali lagi kita sering membohongi Ibu…… dengan mengatakan….”bu…… saya butuh uang….untuk biaya praktikum……kira-kira….sekian juta..” 
Lalu Ibu bilang………….”nak…….apa tidak bisa di cicil…?? Kita dengan segera menjawab…..”gak bisa bu….harus sekali bayar……..” Kita tak pernah tahu apa yang ada di benak Ibu ketika itu…… Jika saja Ibu tahu bahwa itu hanyalah alasan kita semata…..karena mungkin saja yang sebenarnya adalah kita butuh uang untuk mentraktir atau menyenangkan pacar tersayang saja… 
Dan ternyata Ibu selalu saja menyayangi dan berusaha mempercayai kita. 

Pada saat kita lulus kuliah……… 
Kita mungkin bisa melihat betapa bangganya Ibu mendapati anaknya sudah menjadi seorang sarjana menangis penuh haru bahagia Ibu ketika itu Lalu tak lama setelah itu…… tiba-taba…. “Bu….sekarang saya sudah dewasa……saya ingin menikahi si anu……….karena saya mencintai dia………boleh kan bu……..?” 

Mungkin Ibu akan bilang ; ”Nak mustinya kamu mencari kerja dulu, lalu setelah sedikit mapan mungkin kamu bisa menikah” Lalu apa jawab kita; ”Bu! kalo ibu percaya, .saya sanggup untuk memberikan makan dia tanpa ibu kasih, saya harap ibu tidak melarang niat saya untuk menikah sekarang, saya sudah dewasa bu, bukan anak kecil yang segalanya harus ibu perhatikan!! !” Dan demi kasih sayangnya terhadap kita, maka Ibupun sekali lagi meluluskan keinginan kita, sekaligus memberikan kita sedikit bekal untuk mengarungi biduk rumah tangga kita nanti. 

Tak berapa lama setelah itu, kitapun merasa sanggup untuk hidup terpisah dari beliau….maka sekali lagi kita merajuk pada Ibu. Pada saat Ibu sudah memasuki hari tuanya, kita pun meninggalkan dia dalam hari- hari senjanya. Dan Ibu tak pernah meminta kita untuk menemaninya karena Ibu pikir anaknya sudah mempunyai kehidupan sendiri. 

Bertahun-tahun kita meninggalkan Ibu dan mungkin hanya setahun sekali saja kita menengok dia, itupun pada saat Hari Raya saja. Lalu, ketika Ibu sakit di hari tuanya, Mungkin Ibu mengharapkan kasih sayang anaknya bisa sedikit menghibur dia. Tapi, sering kita mengabaikan harapan Ibu…… 

Kita mungkin merasa direpotkan hanya dengan mengurusi seorang wanita tua yang sudah tak berdaya itu, .maka dengan tanpa ragu lagi kita antarkan Ibu pada sebuah panti jompo, kita tinggalkan Ibu dengan segala harapannya terhadap kita. 

Lalu pada saat Allah hendak menjemput dia, kita mungkin sedang tenggelam dalam kehidupan yang sudah menyita sebagian hati nurani kita. Hingga satu hari terdengar bunyi dering telepon yang memberikan kabar bahwa Ibu telah tiada. Dan aku tak berani bilang bahwa mungkin saja hati kita sudah kebal dan telinga kita sudah tuli akan kenyataan ini. 

Ada sesal mungkin di sana, .sesal yang tak akan terbalas dengan sejuta tetesan air mata kita. Dan kitapun hanya meratapi kepergian Ibu, ya Ibu yang sudah mencetak kita dengan segenap kasih sayang Ibu yang tak terperi ketulusannya, sesal yang tiada guna ketika kita tahu Ibu pergi bersama setitik harapan Ibu bahwa dia ingin anaknya ada ketika hembusan nafasnya yang terakhir memutuskan kehidupannya. 

Dan kita hanya terpekur menatap bekunya batu nisan bertahtakan nama Ibu. Itupun jika masih ada secuil nurani kita yang masih berwarna putih. Kutuliskan ini, untuk mengenang bahwa Ibu adalah pembawa syurga buat anaknya, mungkin ini tak semua benar, tapi tak mustahil ini terjadi dan ada di dunia ini. Ibu, .aku menyayangi Ibu seperti aku menyayangi syurga-NYA. Maafkan anakmu ya Ibu.

Akhi renungkan lah apa yang sudah Ibu lakukan untuk kita mulai dari kita bayi hingga kita yang sekarang ini, dan buatlah mereka berdua menangis BAHAGIA karena apa yang kita lakukan untuk mereka bisa membuat mereka ridha atas kita.
Sumber : Indah NYA Ayat-Ayat Al-Quran

Share this article :

Post a Comment

 
Maker : Muhammad Djailani
Copyright © 2011. PESANTREN DARUL MUTA'ALLIMIN ACEH BARAT - All Rights Reserved
powered by Blogger