Edian Syahputra : Photo sy |
Indonesia dari dulu sampai sekarang bereksistensial Negara yang berkembang, 67
tujuh tahun Indonesia sudah merdeka namun seakan-akan predikat sebagai negara berkembang atau negara kelas dua masih sulit lepas dari Indonesia. padahal Sangat tidak
tepat jika kita barada terus-terusan dalam keadaan seperti ini, coba kita kaji
kembali yang bahwasanya penduduk Indonesia juga tidak kalah jumlahnya dengan
penduduk Negara-negara luar yang bereksitensial maju. Pertanyaannya kenapa juga
Indonesia tidak maju…?
Kalau kita melihat pada tingkat sumber daya manusia (SDM)
nya sangat mencukupi dan sudah bisa kita bilang luar biasa baik dari segi pendidikan ilmu pengetahuan
yang formal maupun pengetahuan yang
nonformalnya, sudah banyak sarjana-sarjana yang lulus bahkan tingkat
pengangguran sarjana Interlektual sudah berada pada tingkatan yang
mengkhawatirkan. dan belum lagi jika kita melihat sumber daya alam yang sangat
melimpah ruah bahkan tingkat sumber daya alamnya melebihi dari Negara-negara
lain. Tapi pertanyaan yang sama kenapa kita sulit untuk maju…?
Banyak factor yang menyebabkan Negara ini sulit untuk
maju, diantara sekian banyak alas an kenapa Negara kita sulit maju, alas an paling
logis adalah Indonesia belum bisa terlepas dari unsur nepotisme, korupsi,
politik yang melenceng dari kode etik, dan hokum yang bersikp dinamis hokum hanya
tajam ke bawah namun tumpul ke atas. Ini juga merupakan salah satu factor memicu
kemunduruan bangsa sehingga berefek membuat tidak mampu untuk bangkit dan
memperoleh predikat sebagai Negara maju.
Sebagaimana yang dijelaskan di awal tadi tingkat
pendidikan ilmu pengetahunnya (SDM) sudah sangat maksimal yang diperoleh mulai
dari strata 1, Megister maupun Doktoral bahkan banyak yang sudah bergelar
Profesor sekalipun, bahkan sudah banyak sekali pengangguran intelektual di
Indonesia, sarjana bukan lagi suatu kebanggaan tapi menjadi status baru yang
menjadi momok menakutkan bagi yang mempunyai gelar sarjana namun tidak punya
kerja. Pertanyaan yang sama juga kenapa banyaknya sarjana yang lahir di
Indonesia masih belum bisa mengganti predikat Indonesia sebagai Negara berkembang
menjadi Negara yang maju…?
Namun sepertinya dari sinilah kita sama-sama
berkonsentrasi pada perbaikan, dan bukan mencari siapa yang lebih bertanggung
jawab dan layak untuk disalahkan.
Disinilah dibutuhkan kesadaran dan keberanian untuk
mengakui bahwa kita telah taju tertinggal dari negera-negara tentangga kita
sendiri, padahal mereka merdeka setelah kita lama merdeka, padahal pada tahun
60-an mereka belajar kenegara kita, tapi kini kita malah belajar ke Negara mereka.
Alas an paling kuat adalah mereka menggabungkan antara teori-teori yang dalam
diperoleh dalam pendidikan dengan implementasi nyata langsung kelapangan. Mereka
berbuat berdasarkan pengetahuan dan implementasi nyata. Tidak buta dan asal
meraba-raba. Artinya mereka sadar bahwa tidak bisa lepas dari pada apa yang
dilihat dan dari apa yang dipelajari dan perlu langkah riil dalam kehidupan
nyata.
Anehnya Negara kita yang tidak bosan-bosan yang mengenyam
bangku sekolah/kuliah yang hasilnya tetap bertahan dalam konteks perkembangan “bukan
kemajuan”. Yang hanya berpaku kepada teori. Kita memisahkan antara teori dan
realisasi,
Untuk itu Dalam hal cara menggapai kemajuan mungkin dengan
keberadaan negeri seberang merupakan kaca untuk kita bercermin.
Untuk itu jika Pendidikan semata-mata untuk mengejar
Indeks prestasi yang tinggi namun minim aksi nyata dilapangan pada akhirnya
hanya akan melahirkan orang yang hanya mampu berteori tapi buta aksi. Maka untuk
memperoleh predikat sebagai Negara maju, kita perlu menggabungkan antara
keilmuan (teori) dan realisasi nyata ditengah-tengah kehidupan sehari-hari. Sehingga
akan lahir generasi yang bisa mengkritik dan juga mampu memberikan solusi yang
tepat. Bukan menjadi sarjana yang buta.
Penulis : Edian Syahputra
Adalah Santri Dayah Darul Muta’allimin Kab. Aceh Barat dan juga sebagai mahasiswa
STAI Teungku Dirundeng Meulaboh jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
Post a Comment