PESANTREN DARUL MUTA'ALLIMIN ACEH BARAT

KAMPANYE MODEL BARU; LANGSUNG AKSI BUKAN SEKEDAR PANGGUNG JANJI




Saya menyarankan kepada para kandidat, dan tim sukses yang mulai berkampanye untuk pemilihan kepala daerah untuk meninggalkan model kampanye dengan cara lama yaitu cara kampanye dengan menebar janji dari panggung ke panggung, dari kedai kopi ke kedai kopi, tinggalkan cara kampanye dengan model pencitraan seolah-olah merakyat, seolah-olah peduli pada orang miskin, peduli pada pendidikan dan peduli pada kesehatan, tinggalkan cara kampanye dengan menjelek-jelekkan lawan, mencari keburukan lawan bahkan menjurus kepada fitnah namun disisi yang lain menyanjung calonnya sendiri seolah-olah sebagai seorang calon yang sempurna tanpa cacat.

Kampanye seperti itu menurut hemat saya disamping dianggap basi, tidak mendidik, masyarakat juga sudah tidak respek dan simpati, juga yang tidak kalah penting membuang tenaga, fikiran dan anggaran yang sangat besar yang semestinya anggaran tersebut bisa digunakan untuk memenuhi janji-janji kampanyenya.

Anggaplah bahwa setiap calon Kepala Daerah membutuhkan dana Ratusan juta bahkan sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap calon harus memiliki anggaran milyaran rupiah untuk berkompetisi dalam pilkada. Anggaran sebesar itu menurut hemat saya sering dihamburkan untuk hal-hal yang kurang substansial, berlawanan dengan janji kampanyenya sendiri yang ingin mensejahterakan masyarakat, dan terkesan hanya digunakan untuk membangun pencitraan diri. Misalnya untuk membuat spanduk besar-besar di beberapa lokasi strategis, membuat acara makan-makan timses yang mencolok, bakar ikan, potong kambing, kumpul-kumpul tidak jelas kemudian dipublis ke media seolah-olah merakyat dan peduli kepada rakyat.

Saya membayangkan, andaikata dana yang begitu besar yang dimiliki setiap kandidat dan timsesnya itu digunakan untuk hal-hal yang lebih substansial, memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dan untuk misi-misi kemanusian dan keumatan maka kampanye yang menggunakan cara seperti ini tentu lebih dapat dipercaya dan layak untuk didukung karena sejak kampanye dimulai para calon dan timses sudah memenuhi janji-janji bahkan semenjak sebelum menjadi kepala daerah yang sah.

Misalnya nie janji-janji yang sering disampaikan oleh para kandidat dan timsesnya.

JANJI MEMBANTU RAKYAT MISKIN
Dari pada calon dan timses sibuk kampanye berbusa-busa jika nanti terpilih maka berjanji akan membantu masyarakat yang disampaikan dari panggung ke panggung, warong kopi ke warong kopi, dari perkumpulan ke perkumpulan yang tentunya menghabiskan dana yang sangat besar, semestinya anggaran besar tersebut bisa digunakan oleh calon dan timses untuk membangun rumah-rumah tidak layak huni milik dhuafa dan fakir miskin. bayangkan jika setiap calon dan timses terjun langsung untuk melakukan kegiatan Bedah rumah yang berhak secara gotong royong tentu aktivitas model seperti ini lebih bermanfaat, akan sangat banyak tempat tinggal masyarakat lemah yang akan terbangun dan juga kepeduliannya bukan sekedar pencitraan semata-mata plus anggaran yang dikeluarkan jauh lebih bermanfaat dan tepat sasaran.

JANJI UNTUK PEDULI PADA PENDIDIKAN
Sektor pendidikan dianggap juga sebagai isu yang seksi sehingga sering digunakan sebagai bahan kampanye  oleh para calon dan timsesnya. Menurut saya para calon dan timsesnya dapat menunjukkan tentang kepeduliannya pada dunia pendidikan dalam bentuk aksi nyata bukan sekedar janji; misalnya dengan membelikan dan membagikan buku-buku bacaan untuk pustaka di sekolah, madrasah, dayah, TPA/TPQ maupun perguruan tinggi, beramal dengan membagikan buku dan alat tulis, membangun asrama untuk santri di pesantren/TPQ/Masjid  secara bergotong royong antara calon dan timses . Tindakan nyata seperti ini menurut saya akan lebih baik dan menarik simpati masyarakat.

DARI PADA JANJI LEBIH BAIK MELAKUKAN AKSI
Sungguh sangat disayangkan jika para calon dan timsesnya yang tersebar diseluruh gampong-gampong plus anggaran yang besar, hanya berkumpul kemudian membuat kampanye dari panggung-panggung dengan menebar janji janji, lebih fatal lagi jika berkumpulnya calon dan timses hanya digunakan untuk mencari kelemahan dan kekurangan kandidat yang lain kemudian saling menjatuhkan sehingga hubungan social dan silaturrahmi antar masyarakat yang menjadi korbannya.
Sepatutnya sumberdaya yang dimiliki setiap calon baik berupa timses yang ramai dan sumber keuangan yang besar diganakan untuk langsung menyusun aksi nyata dalam membantu masyarakat tanpa harus menunggu terpilih sebagai kepala daerah. Tentu kesadaran calon akan pentingnya aksi nyata bukan pencitraan dan didukung oleh timses yang cerdas dan betul-betul tulus berjuang untuk kepentingan masyarakat umum itu menjadi modalnya.


Semoga ada

Oleh : Syahwaludin
Share this article :

Post a Comment

 
Maker : Muhammad Djailani
Copyright © 2011. PESANTREN DARUL MUTA'ALLIMIN ACEH BARAT - All Rights Reserved
powered by Blogger