Syaikh ‘Abdul Maalik Al Qoosim: “Aku heran pada orang yang lima kali
membasuh wajahnya setiap hari, memenuhi panggilan mu’adzdzin, tetapi
tidak mencuci hatinya sekalipun dalam satu tahun agar menghilangkan
kotoran ketergantungan terhadap dunia, kelamnya hati dan buruknya
akhlaq.”
“Semenjak kenal manusia, aku tidak senang pujian mereka, dan juga
tidak benci celaan mereka.” Ada yang bertanya, “Kenapa bisa demikian?”
beliau menjawab, “Karena mereka yang memuji itu berlebih-lebihan dan
mereka yang mencela itu terlalu meremehkan.” -Malik bin Dinar-
(Shifatus Shafwah : III/276)
“Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang tidak menonjolkan
diri, taqwa, & shalih. Apabila tidak hadir, mereka tak dicari cari.
Apabila hadir mereka tak dikenali. Mereka bagaikan lentera lentera
petunjuk yang menerangi setiap kegelapan.” (HR. Al Mundziri dalam At
Targhib wat Tarhib, hasan)
ibnul qayyim al jauziyah berkata: “Sungguh suatu kezaliman dan
kebodohan kalau engkau memohon penghormatan dan pengagungan dari
manusia, sementara hatimu kosong dari mengagungkan dan menghormati Allah
swt.”
“Seandainya aku melakukan kebenaran sembilan puluh sembilan kali dan
melakukan kesalahan sekali, sungguh manusia akan menghitung-hitung satu
kesalahan tersebut”.
(perkataan Asy Sya’bi rohimahulloh dalam Tahdzib Siyar A’lam An Nubala, 1/392).
“Janganlah kalian mencabut uban, karena ia merupakan cahaya seorang
muslim di hari kiamat.” (HR. Abu Dawud, dll. Al-Imam An-Nawawi t dalam
Riyadush Shalihin menghasankannya)
Ciri-ciri ulama akhirat antara lain: dia sangat berhati-hati dalam
memberi fatwa, bahkan bersikeras untuk tidak berfatwa sama sekali.
Apabila ditanya oleh orang tentang segala sesuatu yang diketahui baik
yang bersumber dari Al Qurán, hadits, ijma’dan kiyas, maka ia
menjelaskan sesuai dengan kemampuannya. Sebaliknya, jika ia tidak
mengetahui secara pasti, maka dengan jujur ia berkata : aku tidak tahu
(wallahu a’lam bish showab) . (Imam al-Ghazali). Subhanallah…
Imam Abu Daud rahimahullah meriwayatkan dari hadits Abu Darda
radhiallahu ‘anhu bahwasannya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda :
“Apabila seorang hamba melaknat sesuatu maka laknat tersebut naik ke
langit, lalu tertutuplah pintu-pintu langit. Kemudian laknat itu turun
ke bumi lalu ia mengambil ke kanan dan ke kiri. Apabila ia tidak
mendapatkan kelapangan, maka ia kembali kepada orang yang dilaknat jika
memang berhak mendapatkan laknat dan jika tidak ia kembali kepada orang
yang mengucapkannya.”
Imam Ghazali = ” Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? “
Murid- Murid dengan serentak menjawab = ” Pedang “
Imam Ghazali = ” Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini
adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya
menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri “
“Barangsiapa yang ilmunya membuat dia menangis (karena takut kepada Allah), maka dia seorang yang ‘alim.” (Sufyan ats-Tsauri)
“Jangan sekali-kali kamu tertipu dalam menilai kepahlawanan seorang
laki-laki dari perilakunya dan apa yang kamu lihat dari amal ibadahnya.
Sesungguhnya, seorang pria yang disebut pahlawan adalah yang senantiasa
menjaga dua perkara, yakni yang menjaga aturan-aturan Allah dan
senantiasa ikhlas dalam beramal.”
(Ibnul Jauzi dalam Saaidul Khatiir)
Setiap jasad tidaklah bisa lepas dari yang namanya hasad (iri). Namun
orang yang berpenyakit (hati) akan menampakkannya. Sedangkan orang yang
mulia (hatinya) akan menyembunyikannya
Kita adalah pemberi nasehat bukan pengumbar aib, kita menutupi bukan membeberkan cela..! Luruskan niat..!
“ Selagi mana ulama’ tidak berjihad maka selagi itulah ummah tidak
akan memahami hakikat JIHAD . Apabila rusak ulama’ maka rusaklah seluruh
ummah ”
“Seandainya kalian mengetahui dengan sebenar-benarnya ilmu (agama),
niscaya kalian akan bersujud hingga punggung-punggung kalian membengkok,
dan sungguh kalian akan berteriak-teriak sampai suara kalian habis.
Maka menangislah, bila kalian tidak mampu menangis maka berpura-puralah
menangis.”
[dan bila tidak mampu menangis maka tangisilah diri kalian yang memiliki hati sekeras batu. _pent.]
(Shifatus Shafwah, tahqiq : Mahmud Fakhuri dan Dr. Muhammad Rawwas al
Qal’ahji, Darul Ma’rifah, Lebanon-Beirut, Cetakan tanpa tahun, I/658).
“Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun
kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR.
Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051)
“Yaa Allah jadikanlah seluruh amalanku ikhlas untuk wajahMu, dan
janganlah jadikan sedikitpun amalanku untuk seorangpun (tidak ikhlas,
red)”
Sungguh tidak ada kehidupan bagi orang yang selalu membenci dan
mendendam, karena ia selalu dalam keadaan yang tidak jelas, selalu
merasa bahwa ia berhak mendapat yang lebih dari apa yang sudah
diterimanya. Dan dalam pandangannya, Rabb-nya telah menghalanginya,
mengecilkan keberadaannya dan membuatnya selalu terpuruk dalam berbagai
hal. Maka bagaimana mungkin orang seperti ini akan mencapai kebahagiaan,
ketenangan dan kenikmatan hidup. (‘Aidh Al Qarni)
Telah berkata Imaam Asy Syaafi’iy رحمه الله, “Simpanan yang paling
bermanfaat adalah taqwa. Dan simpanan yang mencelakakan adalah
permusuhan.” (“Bustaanul ‘Aarifiin”)
Berkata Imaam Al Ghodzaaly رحمه الله :
“Orang yang diutamakan boleh menjadi seorang sahabat (kawan baik) adalah yang memiliki lima karakter :
1. Berakal (pintar)
2. Berakhlaq baik
3. Tidak faasiq
4. Tidak melakukan kebid’ahan
5. Tidak ambisius terhadap dunia.”
(Kitab “Ihyaa u ‘Uluumiddiin”)
Sebesar apapun sebuah kesalahan dan kekhilafan yg dilakukan seorang
Muslim, maka tidak patut bagi saudaranya Menyindir, Menggunjingnya, atau
bahkan Mencercanya. Meskipun itu dilakukan tanpa sepengetahuan
saudaranya..
Barangsiapa menempatkan dirinya di tempat yang dapat menimbulkan
persangkaan, maka janganlah menyesal kalau orang menyangka buruk
kepadanya. [Umar bin Khattab]
Fudail bin iyadh berkata : barang siapa yang suka untuk disebut –
sebut namanya maka ia tidak akan terkenal, dan barang siapa yang tidak
suka untuk disebut – sebut namanya, maka ia akan terkenal. (Siyarul
A’lam : 432)
“Perbuatan bid’ah itu lebih disukai iblis dari pada perbuatan
maksiat, karena yang melakukan maksiat akan bertaubat dari
kemaksiatannya sementara orang yang melakukan bid’ah tidak akan
bertaubat dari kebid’ahannya.” (Syarh Ushulil I’tiqadi Ahli Sunnah wal
Jama’ah, Al-Lalikaiy 1/132)
“Berpeganglah kepada peninggalan para salaf walaupun karenanya kamu
ditolak oleh orang banyak, jauhilah pendapat para tokoh (yg tidak sesuai
ajaran rasulullah, red), walaupun mereka menghiasi perkataan mereka.”
(I’lamul Muwaqi’in, Ibnu Qoyim Al-Jauziyah 1/152)
Muhammad bin Sirrin berkata:
Saya tidak akan berkata atau berbuat sesuatu, sampai saya telah menyiapkan jawabannya di hadapan Allah kelak…
Seorang yang kurang amalan-amalannya maka Allah akan menimpanya dengan kegelisahan dan kesedihan. (HR. Ahmad)
Al-Hasan Bashri mengatakan, “Nilailah orang dengan amal perbuatannya
jangan dengan ucapannya. Sesungguhnya semua ucapan itu pasti ada
buktinya. Berupa amal yang membenarkan ucapan tersebut atau
mendustakannya. Jika engkau mendengar ucapan yang bagus maka jangan
tergesa-gesa menilai orang yang mengucapkannya sebagai orang yang bagus.
Jika ternyata ucapannya itu sejalan dengan perbuatannya itulah
sebaik-baik manusia.”
“Demi Allaah,sesungguhnya berteman dengan suatu kaum yang
menakut-nakutimu hingga akhirnya kamu menemukan rasa aman itu lebih baik
daripada kamu berteman dengan sekelompok orang yang membuatmu merasa
aman, namun akhirnya kamu di kejar-kejar oleh perkara-perkara yang
menakutkan.” [Imam Ahmad رحمه اللّهُ dalam Kitab Az Zuhd]
Muhammad bin al-Fadhl, berkata, “Pudarnya Islam karena ulah empat
tipe manusia. Pertama: orang yang tidak mengamalkan ilmu mereka. Kedua:
orang yang beramal tanpa landasan ilmu. Ketiga: orang yang tidak beramal
dan tidak berilmu. Dan keempat: orang yang menghalangi manusia mencari
ilmu.”
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang-orang yang beriman. [Ali-Imran : 139]
Al Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata,
“Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang menyombongkan diri di
hadapan manusia dengan ilmunya , merasa dirinya besar dengan kemuliaan
yang dia miliki. Bagi orang tersebut tidak bermanfaat ilmunya untuk
dirinya. >>>
“Barangsiapa yang meninggalkan shalat ashar maka sungguh amalannya telah terhapus.” (HR. Al-Bukhari no. 553)
Imam Syafi’i rahimahullah berkata :
Sebatas kerja kerasmu itulah, Kemuliaan akan tercapai
Barangsiapa mencari kemuliaan, Haruslah dia bangun malam
Barang siapa menginginkan kemuliaan, Tanpa kerja keras
Dia telah menyia-nyiakan umur, Untuk mencari hal yang mahal
Abdullah bin Mubaraok semoga Alloh melimpahkan rahmat kepadanya merangkai syair berikut ini :
Wahai penutut ilmu, bergegaslah menjauhi hal yang subhat
Kurangi tidur dan kurangi rasa kenyang
Orang yang tiada akan mengetam
Di kala membutuhkan
Kecuali dia yang menanam dalam hidupnya. (Ibnu Abdil Barr, Jami’u Bayanil Ilmi, Juz 1, hal 192)
Imam Syafi’i Rahimahullah dalam syairnya berkata :
“Barang siapa tidak pernah merasakan pahitnya belajar
Meski sekejap Dia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hayatnya
Jati diri seorang pemuda
Demi Alloh adalah dengan ilmu dan taqwa
Jika keduanya tiada, dia juga dianggap telah tiada (Diwanus Syafi’i, hal 29)
Malik bin Dinar berkata, “Jika seorang hamba mencari ilmu untuk
diamalkan, maka ilmunya akan menyinari dirinya, tetapi jika ia mencari
ilmu tidak untuk diamalkan, maka hanya akan menambah kesombongan
padanya.” (Syu’abul Iman:2/294-295)
“Kami tidak pernah melihat orang yg Faqih (paham Agama) gemar berdebat.” (Hasan Al-Bashri)
Sesungguhnya seorang yang telah mengenal ilmu, membutuhkan kejujuran hati…
Syariat mengharamkan segala sarana yang bisa mengantarkan pada hal
yang haram, meskipun ketika memanfaatkan sarana tersebut “TIDAK
DINIATKAN UNTUK BERBUAT HARAM
“Aku akan merasa bahagia, jika semua orang mempelajari ilmu ini, dan
sama sekali tidak menyandarkannya padaku.” -Muhammad bin Idris
Asy-Syafi’i-
Qatadah berkata, “Barangsiapa TIDAK MENGETAHUI perselisihan ulama,
hidungnya BELUM mencium bau fiqih” (lihah dalam Jami’ Bayanil Ilmi, Ibnu
Abdil Barr 2/814-815)
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.(Q.S:Al-Hujurat:6)
Wahai saudara-saudaraku. Jalan dakwah itu dikelilingi oleh “makaruh”
(hal-hal yang tidak disukai), penuh dengan bahaya, dipenjara, dibunuh,
diusir dan dibuang. Barangsiapa ingin memegang suatu prinsip atau
menyampaikan dakwah, maka hendaklah itu semua sudah ada dalam
perhitungannya.
Dan barangsiapa menginginkan dakwah tersebut hanyalah merupakan tamasya
yang menyenangkan, kata-kata yang baik, pesta yang besar dan khutbah
yang terang dalam kalimat-kalimatnya, maka hendaklah dia menelaah
kembali dokumen kehidupan para rasul dan para da`i yang menjadi pengikut
mereka, sejak dien ini datang pertama kalinya sampai sekarang ini..
Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena
mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya. Al Maaidah: 2
Ibnu Mas’ud berkata, “Tidak ada yang lebih perlu untuk dipenjara melebihi lisan.”
Ibnu Taimiyah, ”Takabbur itu lebih buruk dari Syirk, Karena takabbur
adalah menyombongkan diri di hadapan hamba Allah sedang orang musyrik
menyembah Allah dan selainnya.” Madaarijus Saalikin 2: 345
Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.(QS. Asy Syams: 7-10)
“Barangsiapa yang tidak diberi sifat kelembutan maka ia tidak memiliki kebaikan sama sekali.” (HR. Muslim 2592)
Abdullah bin Mas’ud menceritakan bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
“Jujurlah kalian, karena sesungguhnya jujur mengantarkan pada kebaikan
dan kebaikan mengantarkan pada surga. Seseorang senantiasa jujur dan
berusaha bersikap jujur sehingga ia dicatat disisi Allah sebagai orang
yang Jujur… (HR. Bukhari Muslim)
“Ya Allah, perbaikilah untukku agamaku yang merupakan pegangan dalam
segala urusanku, dan perbaikilah duniaku yang merupakan tempat
kehidupanku, dan perbaikilah akhiratku yang merupakan tempat kembaliku,
Dan jadikanlah hidup ini sebagai tambahan bagiku untuk berbuat segala
kebaikan, dan jadikanlah mati sebagai peris…tirahatan akhir bagiku dari
segala kejahatan….”
“Bencana selalu menimpa seorang Mukmin dan Mukminah pada dirinya,
anaknya dan hartanya, sehingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan
tidak memiliki kesalahan.” (HR. At Tirmizi, Ahmad dan Al Hakim) – karena
dosa2nya dihapus melalui musibah2 yg dialaminya
Imam Ahmad suatu ketika ditanya oleh seseorang, “Kapan manusia
menemukan waktu istirahat?”, beliau menjawab, “Saat pertama kali ia tiba
di surga.”
“Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi dan kesudahan yang
baik bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-Qashash: 83)
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Al – A’raf: 23)
“Wahai Robb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak
sanggup kami memikulnya, ma’afkanlah kami, ampunilah kami, dan
Rahmatilah kami, Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap
kaum yang kafir…”(Al Baqoroh : 286)
“Barang siapa di antara kalian senang mendapatkan tengah-tengahnya
surga, hendaklah ia senantiasa berjama’ah, karena setan itu bersama
orang yang sendirian, dan lebih jauh dari dua orang.” [HR. Ahmad].
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata:”Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Fushshilat:33)
Barangsiapa yang menuntut ilmu demi akhirat maka ilmunya itu akan
menimbulkan hati yang khusyuk serta jiwa yang tenang. Dia akan terus
mengawasi dirinya dan tidak bosan untuk terus memperhatikannya, bahkan
setiap saat dia selalu introspeksi dan meluruskannya.
Apabila dia lalai dari hal itu, dia akan menyimpang dari jalan yang
lurus dan akan binasa. Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk membanggakan
diri dan meraih kedudukan, memandang remeh kaum muslimin yang lainnya
serta membodoh-bodohi dan merendahkan mereka, maka hal ini merupakan
kesombongan yang paling besar.
Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat
kesombongan walaupun hanya sebesar dzarrah (biji sawi). Laa haula wa laa
quwwata illaa billah.”
(sumber)
Post a Comment